Rabu, 20 Agustus 2008

Manfaat Sistem Informasi Geografis untuk Peringatan Dini Banjir

Banjir merupakan fenomena alam yang sangat sering dijumpai. Di Indonesia hampir setiap tahun pada musim hujan, banjir terjadi di beberapa daerah. Salah satu contoh yaitu banjir bandang yang terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara di akhir bulan Desember 2006. Banjir tersebut menewaskan sedikitnya 42 orang, 200.000 orang mengungsi, merusak belasan ribu rumah dan puluhan ribu sawah petani.

Untuk menghindari jatuhnya banyak korban serta kerugian materi yang besar perlu dibuat perencanaan wilayah yang baik dengan melakukan penataan drainase serta sanitasi yang ramah lingkungan, mengurangi permukiman penduduk di sekitar aliran sungai, pelestarian hutan, dan pembuatan sistem pembuangan sampah yang baik. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah pembuatan sistem peringatan dini (early warning system).

Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat dimanfaatkan untuk membangun sistem peringatan dini. SIG mampu mengintegrasikan berbagai macam sistem, data dan informasi. Sebagai contoh : penggunaan data dari satelit cuaca seperti NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) dengan resolusi temporal 12 jam dapat digunakan sebagai alat bantu untuk melakukan prediksi curah hujan. Untuk prediksi yang lebih akurat dapat digunakan dapat digunakan data-data cuaca dari stasiun meteorologi seperti data hujan harian serta data hidrologi berupa ketinggian muka air sungai. Data geologi (jenis batuan), geomorfologi (topografi/kemiringan lereng, genesis/ bentuk lahan, asosiasi dengan sungai utama), hidrologi (bentuk DAS, kondisi aliran), tanah (tekstur tanah) dan flora (penggunaan lahan) juga dapat digunakan untuk identifikasi daerah rawan banjir.

Suatu daerah akan digolongkan menjadi rawan banjir bila memiliki intensitas hujan yang tinggi, permeabilitas tanah yang rendah atau tanah yang jenuh air, permukaan yang kedap air, kondisi hutan yang telah rusak serta lereng yang curam di bagian hulu.

Dengan menggunakan SIG, data dan informasi yang ada dapat diintegrasikan, pemodelan dapat dilakukan dengan mudah, selain itu trend dan kecenderungan dari pola hujan serta kemungkinan terjadinya banjir dapat dianalisis. Dengan demikian prediksi untuk terjadinya banjir serta kerugian yang diakibatkan dapat segera diketahui.

Beberapa komponen penting dalam sistem peringatan bahaya banjir diantaranya kesiapan program yang menyertakan masyarakat lokal, sistem pemantau hujan, sistem komunikasi data elektronik, model diagnostik/prediktif, prosedur kalibrasi model, sistem diseminasi peringatan, serta tindak lanjut dari otoritas sipil lokal (instansi yang berwenang).

Salah satu dari keluaran SIG adalah peta. Peta tersebut dapat berupa peta format digital sehingga dapat mudah disebarluaskan melalui internet dan lebih cepat disosialisasikan ke berbagai macam instansi yang terkait dengan penanganan bencana.